Transdniestria Siap Jadi Lokasi Rudal Rusia


Rudal S-300 milik Rusia (Foto: Ist)

MOSKOW - Wilayah pecahan Moldova, Transdniestria, menyatakan siap menjadi lokasi rudal-rudal taktis Rusia jika Kremlin memintanya.Tawaran itu muncul saat ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS).

Tawaran Transdniestria itu terkait rencana penempatan tameng rudal AS ke Negara Romania. Baik Romania dan Bulgaria menawari Rusia untuk menjadi lokasi tameng rudal AS.

Politisi paling berpengaruh di Rusia, Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin, menyebut rencana tameng rudal AS itu penghalang perundingan untuk membahas pengganti pakta pengurangan persenjataan nuklir START 1991 yang sedang dinegosiasikan selama beberapa bulan.

Pemimpin Transdniestria Igor Smirnov menyatakan telah menyiapkan diri untuk menjadi lokasi penempatan rudal-rudal Rusia dan menjelaskan bahwa tawaran mereka terkait rencana tameng rudal AS di Eropa. "Sejauh ini rudal Iskander sedang kami bahas. Kami telah sejak dulu siap," paparnya.

Wilayah pecahan Moldova itu memberikan tawaran itu pada Rusia, sehari setelah Menteri Luar Negeri (menlu) Rusia Sergei Lavrov menyatakan bahwa Duta Besar Rusia di AS telah menyatakan masalah rudal tersebut.

"Kami telah menanyai mitra kami di Washington tentang apa arti semua ini dan mengapa setelah 'kejutan' Romania ada 'kejutan' Bulgaria sekarang," ujar Lavrov di Nikaragua.

Pemerintahan AS sebelumnya, dibawah Presiden George W Bush, berencana mengerahkan rudal-rudal pencegat di Polandia dan system radar di Republik Czech. Tapi Presiden AS Barack Obama mengamandemen rencana tameng rudal tersebut.

Bulan ini, Romania yang menjadi anggota Uni Eropa dan NATO, yang berbatasan dengan Moldova, menyatakan akan menerima sistem tameng rudal AS berdasarkan rencana yang dibahas ulang. Pada 12 Februari, Bulgaria menyatakan kesiapannya untuk memainkan peran kunci terkait rencana tameng rudal AS.

Revisi system anti rudal AS itu untuk memperbaiki hubungan Washington dan Moskow yang memburuk saat pemerintahan Bush.

"Kini Romania dan Bulgaria menjadi masalah baru. Ini membuat pihak Rusia semakin tidak percaya dengan upaya AS untuk memperbaiki hubungan dengan Kremlin dan mengembangkan dialog yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah," papar Masha Lipman, pengamat dari Carnegie Moscow Centre.

Terkait penundaan kesepakatan pengganti traktat START, yang akan berakhir Desember ini, Lipman menyatakan bahwa AS menganggap kerja sama Rusia kurang dalam menekan Iran dan dalam perang Afghanistan.

"Memang mudah untuk mengubah retorika karena ada pria baru di Gedung Putih, tapi untuk mengubah substansi, untuk mengubah ketidak percayaan itu lebih sulit daripada mengubah kata-kata," papar Lipman.

Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu meminta Presiden Rusia Dmitry Medvedev untuk mendukung berbagai sanksi yang menargetkan sektor energi Iran. Netanyahu yang bertemu Medvedev di Kremlin, kemarin, mencoba untuk meminta kekuatan dunia menambah sanksi terhadap Republik Islam Iran yang dituduh Barat mengembangkan bom nuklir. Iran menyangkal tuduhan tersebut.

Pekan lalu, Iran mulai mengembangkan nuklir level tinggi dan semakin membuat Barat khawatir bahwa Teheran memang sedang berusaha membuat senjata nuklir. Langkah Iran juga membuat Rusia mempertanyakan tentang tujuan program nuklir Teheran.

Israel berulang kali meminta Rusia untuk menghapus kontrak penjualan sistem pertahanan udara S-300 ke Iran. Netanyahu menyatakan telah menerima jaminan dari Medvedev bahwa Moskow memahami kekhawatiran Israel mengenai masalah itu.

"Pada isu ini Rusia mempertimbangkan pentingnya stabilitas di kawasan," papar Netanyahu. Juru bicara pemerintah Rusia menolak berkomentar tentang hasil pertemuan pemimpin Israel dan Rusia tersebut.

S-300 mampu menembak jatuh rudal-rudal musuh atau pesawat dalam jarak 150 km. Sistem anti rudal tersebut mampu menghalangi upaya Israel atau AS yang mengancam dapat menyerang fasilitas nuklir Iran.

Rusia sangat menyesalkan penolakan Iran untuk mengirim uranium kadar rendah (LEU) ke Rusia untuk dilakukan pemurnian lebih lanjut. Rusia berharap tawaran itu dapat meredakan kekhawatiran Barat mengenai program nuklir Teheran.

Berbeda dengan Rusia, China menolak dengan tegas usulan AS untuk pemberian sanksi baru terhadap Iran. Tampaknya China cenderung mendukung Teheran karena marah dengan langkah AS menjual persenjataan ke Taiwan. (Koran SI/Koran SI/Koran SI)(//rhs) www.okezone.com

You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Transdniestria Siap Jadi Lokasi Rudal Rusia"

Post a Comment

Powered by Blogger